vs
Hari Rabu 14 Desember 2011 lalu aku bersama 2 orang teman
shinta dan
wuri merealisasikan rencana untuk menonton film "Sang Penari" yang memenangkan piala FFI.
Sebenarnya sudah dari lama aku ingin nonton film ini, karena aku adalah pencinta film bermutu dan menurutku film sang penari ini sangat bermutu. Bukan karena pemainnya tapi karena ceritanya tapi cerita menarik itu didukung oleh pemainnya yang super super super keren menurutku
Dan
Wallaaa benar sekali ternyata akting seluruh pemeran dalam "Sang Penari" benar-benar kueren kueren bahkan yang berperan sebagai masyarakat biasa di film itu aktingnya juga bagus bahkanmereka tidak memperlihatkan wajah tegang atau kagok bahkan akting mereka benar-benar natural.
Oke sekarang balik kejudul
Kenapa judul postingan ini "Sang Penari vs Memoirs of a Geishai"
Yups karena kedua film itu menurutku menyuguhkan cerita yang sama, sama disini bukan berarti plagiat, tapi sama disini maksudnya adalah konsep ceritanya.
Oke kita mulai dari "Sang Penari":
yak sang penari ini menceritakan tentang seorang anak kecil bernama Srintil yang berteman dengan Rasus, dan Srintil mencintai dunia menari, dan pada suatu orang tua Srintil yang bekerja sebagai pembuat dan penjual tempe bongkrek yang ternyata tempe bongkreknya mengandung racun. Dan tempe bongkrek itu telah membunuh sebagian warga kampung bahkan seorang Penari Ronggeng yang kemudian membuat orang tua Srintil memakan tempe beracun itu dan akhirnya orang tua Srintil ikut meninggal.
Sehingga selama bertahun-tahun Srintil menjadi seorang anak yatim piatu "anak lola lali" yang hidup sebatang kara dan hanya ditemani oleh Rasus namun Srintil masih mencintai dunia menari.
Singkat cerita sampai pada suatu hari Srintil memutuskan ingin menjadi seorang penari ronggeng karena Srintil benar-benar mencintai dunia menari. Srintil hanya berfikir menjadi penari ronggeng adalah seorang penari yang konon mampu menyelamatkan desa dari segala musibah tanpa dia pikirkan konsekuensi sebagai ronggeng.
Tapi karena kecintaannya terhadap dunia menari dan desanya Srintil bersedia menerima segala konsekuensi dari profesinya itu. Dan bahkan hal itu membuatnya terpisah dengan Rasus temannya dari masa kanak-kanak yang sangat dia cintai.
Untuk kelanjutan cerita silahkan cari tau sendiri yak.
Kemudian kita ke "Memoirs of a Geishai" (lupa nama-nama tokoh dalam cerita ini):
Ceritanya dimuali dari seorang anak kecil Chiyo dan kakaknya yang akan dijual oleh ayahnya karena mereka sangat miskin. Namun karena suatu hal akhirnya si kakak beradik ini terpisah dan si adik "Chiyo" masih tertinggal ditempat dimana mereka dijual.
Oke sudah sedikit ingat mereka dijual di rumah geisha dimana rumah ini adalah tempat untuk mendidik seorang gadis menjadi geisha.
Namun karena Chiyo masih terlalu kecil dan tidak termasuk kedalam kriteria geisha maka Chiyo hanya dipekerjakan sebagai pembantu. Namun Chiyo selalu merasa ingin menjadi seorang geisha. Dalam pikiran Chiyo geisha adalah seorang seniman yang mampu menguasai semua jenis seni. Chiyo tidak kunjung dipilih sebagai seorang calon geisha dan tetap menjadi seorang pembantu.
Singkat cerita akhirnya ada seorang geisha senior yang akhirnya memilih Chiyo sebagai calon geisha dan mendidik Chiyo untuk menjadi geisha yang profesional. Dan pada akhirnya Chiyo berhasil menjadi seorang geisha yang tanpa Chiyo ketahui konsekuensi dari profesinya itu. Namun karena kecintaan Chiyo dengan dunia seni maka Chiyo menerima semua konsekuensinya. Dan akhirnya Chiyo berhasil menjadi seorang geisha yang cukup terkenal dan dengan bayaran yang sangat mahal. Namun Chiyo tidak dapat bersama dengan lelaki yang telah dicintainya dari kecil. Yak Chiyo sempat suka bahkan sampai akhir hidupnya dia mencintai seorang lelaki yang jauh lebih tua darinya.
Yak segini ajah sinopsis geishanya untuk lebih jelas lagi cari sendiri yak :)
Nah dari secuplik sinopsis kedua film tersebut bisa kan disimpulkan letak kesamaan ceritanya dimana.
Menurutku sih kesamaan dari kedua film ini:
- keduanya sama-sama mencintai dunia seni yang ditekuninya tanpa mereka memikirkan konsekuensi dari profesinya tersebut
- keduanya sama-sama tidak bisa bahagia dengan orang yang dicintainya (sedih yang bagian ini sedih bet sedih)
- dan uniknya akhir cerita dari film ini juga sedikit sama yaitu mereka sempat diamankan oleh polisi yang akhirnya mereka tidak dapat meneruskan lagi profesinya
- kedua film ini sama-sama bagus
Yak itu sih menurut aku ya kalo menurut kalian bedasih ya silahkan berpendapat sendiri-sendiri.
Oiya yang diambil dari film ini yang hikmahnya aja ya jangan yang porno-pornonya aja, jadi saranku kalau mau nonton film ini tu ya buang jauh-jauh tu pikiran-pikiran kotor dan porno, jadi biar makna dari film ini dapet :)
Dan menurutku kedua film ini bener-bener bagus TOP MARKOTOP dah sekali lagi ITU MENURUTKU, jadi kalau menurut kalian gak sebagus menurutku yamonggo loh ya gak ada yang melarang kok :)
Harapanku semoga Perfilman Indonesia semakin maju dan menciptakan film-film bermutu seperti ini jangan cuma film yang isinya horor tapi berbau porno :)
MAJU TERUS PERFILMAN INDONESIA cup cup muach muach muach